Bangsa Indonesia memiliki banyak
pelajar yang mampu berkreasi dan mendapatkan prestasi baik tingkat
nasional maupun internasional. Pada kompetisi akademik, siswa Indonesia
sering memborong juara dari olimpiade dan karya tulis ilmiah tingkat
internasional. Selain dibidang akademik banyak pula prestasi yang telah
diraih oleh pelajar Indonesia, mulai dari pemenang kontes robot dunia,
juara dalam festival penelitian internasional, sampai wisudawan terbaik
universitas terkenal dunia telah membuktikan kualitas pelajar Indonesia
dalam kancah internasional.
Hal senada diungkapkan Anies Baswedan,
Rektor Universitas Paramadina, bahwa Indonesia memiliki kekayaan manusia
luar biasa. Jumlah anak muda produktif. Potensi tersebut menjadi
peluang bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.
Namun, sampai saat ini, masyarakat
Indonesia belum juga sejahtera. Prestasi yang diperoleh hanya sekedar
mengharumkan nama bangsa Indonesia dalam kancah internasional. Aplikasi
dari temuan kreatif pelajar Indonesia belum diwujudkan dalam bentuk
usaha untuk kemakmuran masyarakat Indonesia.
Prestasi pelajar Indonesia hanya hangat
sementara dalam pembahasan media. Seperti robot-robot buatan anak bangsa
dan prestasi akademik tingkat internasional. Setelah itu, mereka
seperti hilang ditelan berbagai permasalahan di Indonesia ini.
Seharusnya, temuan anak bangsa ini dijadikan motivasi pemerintah untuk
menjadi negara lebih produktif.
Berita paling hangat yang telah
menggebrak perekonomian dunia dari kreativitas pelajar Indonesia adalah
lahirnya sebuah mobil beraroma Indonesia oleh siswa SMK jurusan
otomotif. Mobil Essemka ini dapat dikembangkan dengan membuat pabrik
mobil nasional. Perencanaan yang matang dengan sistem negara yang bersih
diperlukan untuk merintis perusahaan mobil nasional dapat diterapkan
agar dapat memberikan sumbangsih untuk rakyat Indonesia.
Selama ini, negara hanya mengekspor bahan
mentah dan mengimpor barang jadi. Siapa yang akan mendukung hasil karya
anak bangsa ini kalau bukan negara yang diwakili oleh pemerintah?
Manusia butuh berkembang. Apabila di negeri sendiri tidak bisa
berkembang, maka hijrah ke negeri lain adalah solusi terbijak. Hal
inilah yang mungkin menjadi alasan BJ Habibie lebih nyaman berkarya di
Jerman daripada di Indonesia. Maka, jangan salahkan pelajar Indonesia
yang kemudian berkarya di luar negeri.
Inilah tugas pemerintah melalui lembaga
kementrian pendidikan untuk membangun sumber daya manusia yang bervisi
dan misi. Oleh karena itu, mulai detik ini, pihak pemerintahan dapat
menaungi para pelajar Indonesia dengan berbagai cara agar mereka
memberikan kontribusi yang nyata untuk bangsa.
Bagi pelajar yang sangat cerdas, pihak
pemerintahan dapat memfasilitasi mereka dengan mengirim mereka belajar
setinggi-tingginya kemanapun di dunia ini untuk menimba ilmu
sebanyak-banyaknya. Kemudian mereka diwajibkan kembali ke tanah air
untuk mengamalkan ilmu yang didapatkannya. Selain itu pemerintahan dapat
menetapkan suatu program pijakan baru untuk kemajuan pendidikan
Indonesia yaitu dengan memanggil orang-orang pintar dan berpengaruh
Indonesia di perantauan untuk kembali ke tanah ibu pertiwi dan memajukan
negara dengan sebelumnya menyiapkan berbagai fasilitas keilmuan yang
diperlukan.
Jadi, dengan memberdayakan kualitas
pelajar Indonesia yang mumpuni, perwujudan Indonesia yang sejahtera dan
maju akan sangat mungkin diraih. Tingkat ketergantungan dengan negara
asing dapat diminimalisir dengan mengkonsumsi barang-barang lokal yang
diproduksi sendiri, dan angka kemiskinanpun dapat ditekan dengan
dibukanya lapangan kerja yang seluas-luasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar